Kamis, 03 September 2009

Kebatinan

Kebatinan
Kebatinan ; KEBATOSAN, adalah diambil dari bahasa Jawa; BATIN (innermost-self), adalah laku yang secara metafisika mencari kedamaian dan keharmonisan didalam hatinya yang paling dalam, hubungannya dengan alam semesta dan hubungannya dengan Tuhannya. Pandangan kepercayaan orang Jawa tentang kombinasi okultisme, metafisika, mistik, dan doktrin luar lainnya cenderung memberikan contoh perpaduan pada orang diri Jawa.
Idealisme orang Jawa mengkobinasikan kebijaksanaan seseorang dengan waskita dan sempurna.  WISDOM (WICAKSANA), PSYCHE (WASKITA) dan PERFECTION (SEMPURNA). Pengikutnya haruslah bisa mengontrol dirinya atau hawa nafsunya, menjauhkan diri dari hingar bingar dan kesenagan duniawi, sehingga dia bisa mendapatkan keharmonisan hidup berupa pepadhang/pencerahan dan keterpaduan jiwanya dengan alam semesta. Bisa dikatakan secara umum, bahwa pengikut Kebatinan mempercayai keberadaan kesadaran yang sangat luar biasa didalam dunia kosmos yang berupa perhatian umat manusia dimasa yang akan datang, yang berupa kontrol diri dan petunjuk jalan hubungan dan tujuan kehidupan manusia. Untuk mengetahui keadaan hanya bisa dilakukan dengan cara meditasi.
Terdapat beberapa teknik meditasi atau dikenal dengan TAPA: TAPA KALONG melakukan laku tapa seperti Kalong  Kalong dalam bahasa Jawa adalah nama hewan pengerat pemakan buah-buahan di malam hari, pada siang hari dia tidur dengan kepalanya dibawah dan kakinya menggantung didahan pohon, TAPA GENI atau laku tapa dengan cara tidak terkena sinar apapun. TAPA SENEN KEMIS, TAPA MUTIH adalah laku tapa hanya makan nasi putih atau tidak memakai gula dan garam, dan TAPA NGEBLENG atau tapa didalam ruangan gelap selama beberapa hari, TAPA NGULER atau sering disebut dengan vegetarian karena hanya makan buah-buahan dan sayuran.
Pada saat mereka puasa, dilakukan beberapa hari lamanya atau sampai tujuannya tercapai, ada juga yang melakukan selama 40 hari penuh. Puasa bagi orang Jawa merupakan latihan umum untuk melatih kedisiplinan diri; atau melatih jasmani dan rokhaninya dari keinginan secara emosianal. Mereka melakukannya menurut keyakinan mereka sendiri untuk mencari pemenuhan kebutuhan spiritual dan emosional. Pelaksanaan puasa ini terlepas dari ritual puasa agama masing-masing individu dan biasanya dilakukan dengan sangat rahasia atau atas perintah sang guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar