Kamis, 03 September 2009

Kejawen 3

Memperkenalkan moral tingkah laku, etika dan tridisi orang
Jawa.

a. BUDI PEKERTI; Good Conduct of Life / Good Morality/Virtue
Hal ini adalah sangat penting sebagai tuntunan moral orang Jawa tradisional. Seseorang yang mengenal dan mempunyai Budi Pekerti, dalam hidupnya pastilah selalu selamat; Slamet; seperti yang diharapkan dalam hidupnya jauh dari banyak perkara.
Ucapan berkah dari orang tua dan berkah dari orang yang lebih tua pasti dan selalu terdapat kata “Slamet”, Selamat atau “safe life”. Budi pekerti adalah induk dari dari segala jenis etika, etiket, tingkah laku yang baik, serta tuntunan hidup baik dan benar, dll.. Pada awalnya dilakukan atau diajarkan dari orang tua mereka dan keleuarga mereka di rumah kemudian oleh masyarakat secara langsung dan tidak langsung.
Cerita dalam WAYANG (shadow puppet performance) adalah salah satu sumber ilmu Budi Pekerti untuk kalangan muda. Akan tetapi banyak juga cerita wayang yang menceritakan tentang hidup sejati atau uripsejati (true life) yang sering dikenal dengan MANUNGGALING KAWULA lan GUSTI: manunggal = unity) The Unity of Servant & Lord. Dengan cerita wayang itulah orang Jawa seringkali bisa melihat dirinya sendiri, sehingga itu wayang masih populer sampai pada saat ini.

Cerita wayang itu diantaranya adalah:

1. Cerita tentang kebaikan dan keburukan, yang pada akhirnya diakhiri dengan kebaikan, akan tetapi setiap waktu keburukan itu selalu mengikuti.
Ikutilah seperti apa yang dilakukan oleh keluarga Satriya; Pandawa, yang dinobatkan mempunyai karakter selalu menghormati dan kesopanan. Berperang untuk kebenaran, untuk kesejahteraan umat manusia dan bangsa. Mereka belajar serius tentang spiritual, dan mereka menggunakan kekuatan supernatural mereka untuk mencapai cita-cita itu.
Janganlah meniru kelakuan Kurawa dan kroninya. Mereka tidak pernah menghormati, rakus akan kekuasaan dan materi dunia, kasar, dan tidak sopan. Mereka tampaknya dipenuhi oleh hawa nafsu keserakahan dan angkara murka. Mereka itu raksasa hutan. Dalam bahasa Jawa disebut Butho; yang berarti orang yang buta matanya tidak bisa melihat mana yang baik dan mana yang tidak benar, baik atau jahat, benar dan salah, rakus, haus darah, egois, dll. Atau melambangkan semua karakter jelek.

2. Penghuni di alam jagat raya ini tidak hanya manusia dan binatang. Didalamnya juga ada makhluk lain seperti roh (jahat dan baik) atau istilah populernya dikenal dengan "MAHLUK ALUS" (The unseen spirits)  (mahluk = creatures, alus = unseen). Para dewa dewi sebagai penghuni Kahyangan (The abode of Gods), serta kekuatan yang mengatur semua alam jagat raya ini merupakan kekuatan Tuhan (Supreme God).

3. Kehidupan seseorang, keberadaanya dan nasib hidupnya telah diberikan dan ditunjukkan (pre-destined ) dengan kekuatan milik Tuhan.

4. Semau manusia diharuskan untuk berterimakasih dan memuja Tuhan karena telah diberikan sebuah kesempatan untuk hidup didunia. Janganlah sesekali mengeluh kepada-Nya ketika kamu sedang dalam penderitaan, gantilah keadaan itu selalu untuk dekat kepada-Nya.

Legenda di tanah Jawa banyak memberikan contoh:
1. Aturan Raja yang adil dan tidak adil.
2. Kelicikan dan penghormatan
3. Pahlawan dan pengkhianat
4. Bangsa yang damai dan sejahtera serta yang penuh kekacauan.
5. Rakyat sebagai kekuatan poitik dan kecanduan kekuatan politik.
6. Masayarkat yang ADIL (Just; Fair; Peace), MAKMUR (Prosperous), Tata Tentrem Kerta Raharja dimana aturan, kedamaian, keamanan, dan kebahagiaan selalu dijunjung tinggi sebagai ideologi sosial masyarakat Jawa.

Dari orang tua dan keluarga, guru dan masyarakat, orang Jawa saling belajar dari antara mereka seperti:

1. TATA KRAMA atau ETIKA ( To be Polite or Etiquette).
TATA KRAMA (To be polite or etiquette) adalah menyangkut masalah tingkah laku jasmani seperti bagaimana cara duduk, cara makan, cara berbicara, dll. Dengan orang yang lebig tua dan orang yang lebih tinggi posisinya mereka menggunakan bahasa Jawa yang disebut KRAMA INGGIL (refined language). Dengan temannya mereka seringkali menggunakan bahasa Jawa NGOKO (low level). Hampir semua kata-kata yang digunakan dalam kedua jenis tingkatan bahasa, baik KRAMA INGGIL & NGOKO sangatlah berbeda. Bahasa jawa sangatlah istimewa dan unik, dan sangat tepat untuk membuktikan adanya etika atau TATA KRAMA (etiquette)

2. MENGHORMATI (To be Respect).
Harus selalu menghormati orang tua, orang yang lebih tua, guru, leluhur, dll, tidak selalu untuk menutup kemungkinan menghormati orang yang lebih muda, mereka juga diperlakukan dengan penuh penghormatan juga, seta bagi orang-orang yang lebih tinggi atau lebih rendah posisinya.
Hal ini sering disebut juga TATA SUSILA (ethics) yang didalamnya orang Jawa haruslah:
• KEJUJURAN; tidak curang, siap untuk membantu orang lain. Selalu siap untuk menjauhi Ma-Lima (Five bad conducts in Javanese language starting with ma-lima); MAIN - gambling; MADON - commit adultery; MABUK - excessive alcoholic drinking; MANGAN – include using opium, smoking, drugs, narcotics, etc; MALING - stealing. Kesemuanya itu yang secara kebutuhan ragawi bisa merusak dan merugikan, oleh karen itu harus selalu dihindarkan.
• Selalu melakukan kelakuan yang baik dan benar untuk menghindari kesalahan dan melindungi reputasi yang baik dan benar, oleh karena itu orang Jawa selalu merasa “ISIN atau Malu” (to feel ashamed). Rasa "ISIN" mengacu kepada tingkah laku yang salah, yang bagi orang Jawa lebih ditegaskan lagi sebagai kehilangan kehormatan dirinya.
• RUKUN; (To maintain harmony), diartikan sebagai bebas dari konflik dalam keluarga, tetangga, penduduk desa, bangsa dan dunia. Keharmonisan kehidupan diantara mereka adalah sangatlah penting. Faktanya apabila terdapat kerusakan dalam diri manusia itu berarti mereka mengacu kepada orang yang tidak bertanggung jawab. Hanya sebagian kecil kerusakan diri manusia disebabkan oleh gangguan binatang atau roh. Semboyan yang sangat terkenal dikalangan orang Jawa adalah RUKUN AGAWE SANTOSA (Peaceful and harmony makes us strong).
• SABAR (To be patient) , mampu mengendalikan dirinya.
• NRIMA (To be acceptful) mampu menerima nasib hidupnya didunia ini dan tidak mencemburui segala sesuatu yang dimiliki orang lain (kesuksesan, keberhasilan, kekayaan, dll.)
• Sifat AKU ( Don't be selfish, to act only for his own interest.) melakukan segala sesuatu untuk ditrinya sendiri.
SEPI ING PAMRIH RAME ING GAWE, dalam artian yang lebih luas sebagai hakekat hidup yang lepas dari sifat ke-AKUan (free of self interest) dan siap sedia untuk bekerja keras untuk komunitas sosial dan kesejahteraan seluruh isi dunia, tidak mengharapkan sesuatu apapun; pamrih imbalan jasa. (RAME >< SEPI = tidak mengharapkan sesuatu sebagai balas jasa; expecting nothing for the good deed, GAWE = siap bekerja dengan keras. ready to work hard seriously or to organize, etc.)

b. SLAMETAN; Ritual Ceremonial
Hal ini sangatlah penting dari setiap tradisi ritual. Doa-doa dilakukan oleh tetangga atau saudara dekat dan beberapa kerabat dekat lainnya dalam bentuk upacara sesaji, yang biasanya terdapat TUMPENG (offering of rice cone) dan beberapa bentuk hidangan lainnya, beberapa macam buah-buahan, dedaunan, bunga, dll. SLAMETAN berasal dari kata "SLAMET atau Safe” yang sangat difokuskan untuk jujuan keselamatan, ritual penghormatan hari kelahiran, dsb.

b. GOTONG ROYONG; Mutual cooperation; assistance
Adalah bentuk kerjasama yang solid berdasarkan kesadaran dan atas dasar petimbangan yang matang untuk menolong sesama, terutama dilingkungan tetangga atau sesama penduduk desa. Diantaranya adalah acara bersih desa, membangun jalan desa, menjaga keamanan sesama penduduk desa atau tetangga, membantu tetangga yang sedang dalam kesusahan seperti meninggalnya seseorang, kebakaran, dsb.

c. MAMAYU HAYUNING BAWANA; To Preserve The Beauty of The World
Seperti yang disebutkan dengan konsep “MAMAYU HAYUNING BAWANA” yang masih berlaku hingga pada saat ini adalah tonggak yang terkuat didalam ajaran Kejawen . Untuk mempelajari hal ini adalah sangat sulit apabila tidak mengerti dan dipahami terlebih jauh lagi tentang praktek Kejawen tanpa mengimplementasikan prinsip ini. Karena pada dasarnya ini berarti: menjaga kelestarian lingkungan alam jagat raya untuk kesejahteraan umat manusia.
Beberapa orang Jawa yang melestarikan jalan hidup secara tradisional, dalam beberapa kesempatan yang tepat boleh dikatakan kehidupan manusia harus selalu dalam keadaan baik, selamat dan sejahtera apabila setiap orang ingin mempraktekkan prinsip hidup “MAMAYU HAYUNING BAWANA” secara luas. Di Jawa, kalimat ini sangat populer dan selalu terbuka dan diucapkan berkali-kali oleh tokoh masyarkat; tua-tua; guru spiritual yang dikenal dengan PINISEPUH (elderly wise people).
Untuk lebih jelasnya dalam artian yang benar disini dijelaskan bahwa “MAMAYU HAYUNING BAWANA” berarti melestarikan keindahan dunia, bisa diartikan sebagai mengerjakan sesuatu untuk kesejahteraan dunia dengan segala sesuatu yang ada didalamnya. Bisa diambil catatan sbb: HAYUNING BAWANA (HAYU; AYU- beautiful; BAWANA- universe; world; earth). Persepsi orang Jawa mengatakan bahwa dunia itu sangat indah, dunia itu sendiri adalah alam yang indah sumber kehidupan, sangat berarti bagi manusia dan mahluk hidup. Haruslah dihaga dan dirawat, dilestarikan dan dilindungi dengan cara yang terbaik. Oleh siapa??.. tentunya oleh manusia itu sendiri sebagai penduduk dunia secara luas yang menerima sebanyak-banyak karya cita alam jagat raya dunia untuk menyambung hidupnya. Manusia harusnya tidak lupa akan hal ini bahwa dia tidak bisa dilepaskan oleh alam.
Beberapa orang bijak ahli lingkungan sering mengatakan "If you do any harm to the world, to the environment, you do harm to yourself" – apabila kamu merusak dunia, kepada lingkungan itu sama saja kamu merusak dirimu. Manusia adalah faktor utama untuk menjaga dunia ini dalam keadaan yang baik. Dan beberapa aturan-aturan banyak diciptakan untuk melindungi dunia dan segala isinya dari kerusakan. Semau orang/manusia haruslah waspada sebagai bagian kecil dari “BAWANA”' (world; earth), haruslah mempunyai kesadaran tinggi untuk melestarikan dunia demi kesejahteraan umat manusia.
Di dalam Kejawen selalu ditegaskan bahwa tidak ada yang lainnya kecuali GUSTI (Creator of life, the Creator of the Universe, God the Almighty) yang mampu menciptakan segala bentuk kehidupan didunai ini. Manusia haruslah menghormati-Nya, memuja-Nya. Hal ini merupakan bentuk keharmonisan secara vertikal antara manusia dangan Tuhannya, serta manusia juga harus mampu untuk menciptakan keharmonisan hidup terhadap sesama manusia dan lingkungannya, yang sering dimanifestasikan atau diwujudkan sebagai hubungan secara horisontal.
Dia sendiri harus mengetahui kegnaan sumber daya alam dan kekuatan alam. Setiap bagian dari alam mempeunyai tugas dan fungsi masing-masing dan sifatnya juga sendiri-sendiri. Oleh karena itu barangsiapa yang mencari ilmu sejati atau NGELMU SEJATI = KASUNYATAN; The Reality) kadangkala melakukan laku meditasi dibeberapa tempat untuk mendapatkan wahyu; yang sering orang Jawa disebut dengan pepadhang.
Manusia dengan karakter pepadhang atau Satriya (warrior) selalu siap sedia dalam membantu siapapun dan apapun. Seorang Ksatriya;Satriya yang dalam artian lebih luas lagi adalah seseorang dengan pandangan pikiran yang jujur, sehingga dalam tugasnya dia berperan sebagai:
1. Memberikan contoh yang baik dari kelakuannya untuk kepentingan semuanya termasuk bagi negaranya.
2. Menjadi pelindung yang baik bagi yang memerlukan pertolongannya.
3. Membantu bagi yang memerlukannya.
4. Sangat bijaksana untuk memberikan pengampunan bagi orang bersalah kepadanya.

Seorang SATRIYA (warrior) adalah seorang yang percaya kepada Tuhannya, dalam beberapa aspek kehidupan spiritualnya, dia juga mempunyai kemampuan untuk “OLAH RASA” (true feeling) dengan mempraktekkan kekuatan rasa sejatinya. Olah rasa (spiritually) adalah RASA SEJATI, yang hanya bisa dipenuhi dengan jalan meditasi. MEDITASI; Meditation ( adalah laku bermeditasi yang biasanya dilakukan dengan jalan keluar rumah pada malam hari beberapa menit lamanya, berada dibawah langit terbuka adalah sangat berguna untuk menggabungkan getaran alam dengan dirinya. Hal ini adalah sangat penting untuk mendekatkan dirinya kepada kekuatan alam berupa angin (wind), air (water), api (fire) dan tanah (land).
Untuk menolong orang lain adalah sesuatu yang berarti bagi dirinya, akan tetapi sebelum memutuskan untuk menolongnya dia haruslah melakukan latihan kedalaman spiritual sehingga dia kuat/tidak goyah, cara terbaik adalah bila dia sudah benar-benar mengenal akan Tuhannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar